Saat ini tarian barongsai mulai di kenal masyarakat Indonesia semenjak era reformasi yang dimana budaya China mulai di perbolehkan di Indonesia yang sebelumnya jangankan pertunjukan hari raya seperti Imlek saja di larang di rayakan secara terbuka.Apalagi menjelan Imlek seperti saat ini pertunjukan barongsai juga menjadi tontonan yang menarik bagi masyrakat Indonesia.
Tarian Barongsai merupakan khas budaya etnis Tionghoa.Catatan pertama tentang tarian ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti Qin sekitar abad ketiga sebelum masehi. Masyarakat Tionghoa percaya singa adalah lambang kebahagiaan dan kesenangan. Tarian Singa dipercaya merupakan pertunjukan yang dapat membawa keberuntungan sehingga umumnya diadakan pada berbagai acara penting seperti pembukaan restoran, pendirian klenteng, dan tentu saja perayaan tahun baru.
Barongsai secara garis besar terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa ketimbang Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan binatang ‘Kilin’.
Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan gong dan tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.
Satu gerakan utama dari tarian Barongsai adalah gerakan singa memakan amplop berisi uang yang disebut dengan istilah ‘Lay See’. Di atas amplop tersebut biasanya ditempeli dengan sayuran selada air yang melambangkan hadiah bagi sang Singa. Proses memakan ‘Lay See’ - istilah ini banyak digunakan di Hong Kong ini berlangsung sekitar separuh bagian dari seluruh tarian Singa.
Di depan penari Barong biasanya juga terdapat seorang penari lain yang mengenakan topeng dan membawa kipas. Tokoh ini disebut Sang Buddha. Tugasnya adalah untuk menggiring sang Singa Barong ke tempat di mana amplop berisi uang disimpan. Mereka yang ingin mendapat untung besar, umumnya berlomba-lomba mengisi amplop angpao dengan jumlanh uang yang banyak.
Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Cina Selatan.
Barongsai di Indonesia mengalami masa maraknya ketika zaman masih adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai. Perkembangan barongsai kemudian berhenti pada tahun 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI.
Karena situasi politik pada waktu itu, segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak boleh dimainkan lagi. Perubahan situasi politik yang terjadi di Indonesia setelah tahun 1998 membangkitkan kembali kesenian barongsai dan kebudayaan Tionghua lainnya. Banyak perkumpulan barongsai kembali bermunculan.
Berbeda dengan zaman dahulu, sekarang tak hanya kaum muda Tionghoa yang memainkan barongsai, tetapi banyak pula kaum muda pribumi Indonesia yang ikut serta.
Pada zaman pemerintahan Soeharto, barongsai sempat tidak diijinkan untuk dimainkan.
Sumber:http://id.shvoong.com/
http://tionghua-indonesia.blogspot.com
.
saya blom pernah lihat langsung pertunjukkan barongsai seumur2 ... seru sepertinya kalo bisa langsung menikmati shownya...
BalasHapusbarongsai ini sangat indah gan kalau dilihat
BalasHapusingin sekali rasanya melihat langsung pertunjukan seperti barongsai ini
gong xi fa cai, bgi yg merayakan..hehe
BalasHapusbarongsai unik n spectakuler. Aku suka liat barongsai ini.
BalasHapusOh ya Indonesia jd juara dunia lo festival Barongsai, mengalahkan negeri asalnya.
sungguh ulasan yang detail dan jelas tentang barongsai :-)
BalasHapus